>
>
>
>
Bijak menyikapi perubahan pasar yang dinamis serta melihat peluang yang bisa meningkatkan cuan
Bank Sentral Tiongkok atau People's Bank of China (PBoC) menggelontorkan sejumlah stimulus untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Mulai dari stimulus moneter dengan memangkas suku bunga 7-day reverse repo rate dari 1,7% menjadi 1,5%, 14-day reverse repo rate 1,95% menjadi 1,85%. PBoC juga menurunkan rasio cadangan kas minimum bank (RRR) dari 10% menjadi 9,5%. Dari sisi fiskal, Pemerintah Tiongkok juga memberikan stimulus untuk perumahan.
Kepala PBoC merealisasikan insentif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi agar dengan stimulus ini pun medorong pasar saham Tiongkok yang mencatatkan kenaikan sebesar 12,81% pada penutupan 27 September 2024.
Pasar saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street Kembali cetak rekor baru, Tiga index utama wall street menguat. Melihat ke depan, bulan Oktober dikenal sebagai periode yang penuh volatilitas di pasar saham, dengan beberapa penurunan signifikan di Wall Street.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan tidak terburu-buru menerapkan pemotongan suku bunga lebih lanjut, dia memperkirakan dua kali lagi penurunan suku Bunga dengan total 50bps tahun ini sebagai acuan jika ekonomi berkembang seperti yang diharapkan.
Rupiah Masih Berpotensi Berfluktuasi, Nilai tukar Rupiah melemah 15 poin atau 0,10% di level Rp.15.140/US$ pada penutupan (30/9). Pelemahan rupiah dipengaruhi seputar data indeks konsumen dan kondisi manufaktur di tengah sentimen stimulus jumbo Tiongkok yang akan memicu investor asing keluar dari Indonesia ke Tiongkok.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi
23 - 26 September 2024, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp9,73 triliun atau hampir Rp 10 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp2,88 triliun di pasar saham, Rp1,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp5,55 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Hal ini memberikan angin segar bagi Tiongkok, sementara bagi negara lainnya seperti Indonesia secara jangka pendek tampak kurang baik karena memicu aliran dana asing keluar.
Banyaknya peristiwa terjadi belakangan ini, mulai dari pemangkasan Fed Rate dan BI Rate hingga serangkaian stimulus bagi pasar modal Tiongkok. Lalu bagaimana Nasabah sebaiknya menyikapi hal ini? Simak paparan Suhaimin Johan, Direktur Utama Nobu Bank berikut ini.
1. Saat Fed Rate dan BI Rate turun, pasar merespons positif, yang mendorong minat tinggi terhadap penjualan obligasi pemerintah dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Pasar saham pun bergerak bullish. Dampaknya:
2. Pasar saham dan obligasi, baik global maupun domestik, mengalami volatilitas setelah serangkaian stimulus dari Tiongkok, membuat investor asing menarik dana dan mengalihkan ke pasar saham Tiongkok. Menyikapi hal tersebut:
Terlepas dari Fed Rate dan BI Rate yang sudah turun dan akan turun dikemudian hari, bagi perbankan yang konservatif dan prudent yang paling penting adalah menjaga likuiditas, sehingga tidak langsung terdampak ketika adanya gejolak perpindahan uang investor asing di pasar saham ataupun obligasi.
Sebagimana pertumbuhan DPK dan penyaluran kredit di Indonesia yang didominasi oleh segmen Commercial, Consumer dan Korporasi, ini menjadi peluang bagi perbankan ketika sisi simpanan bagus, likuiditas terjaga maka intermediasi ke penyaluran kredit dapat lebih dimaksimalkan juga baik ke sektor consumer maupun commercial bertumbuh dengan baik.
Sebagai bank, Nobu Bank akan senantiasa menjaga likuiditas tetap solid dan prudent serta didukung pertumbuhan DPK dengan pengaturan suku bunga yang optimal, dan mengoptimalkan penyaluran kredit untuk menangkap berbagai peluang dan potensi pertumbuhan di segment Consumer, SME & Commercial maupun Retail.
Diversifikasi deposito dengan tenor pendek dan menengah/ panjang
Pengeloaan tabungan dan investasi untuk perencanaan & pengembangan dana di masa yang akan datang
Mencari Capital Gain dengan Instrumen Obligasi Pemerintah : Seri Benchmark FR101, FR100, FR98 dan FR97 pada pasar sekunder
Informasi atau rangkuman dari PT Bank Nationalnobu Tbk akan selalu diperbaharui setiap minggunya. Informasi ini hanya sebagai salah satu sumber informasi bukan sebagai rekomendasi untuk menawarkan pembelian efek, komoditas atau produk Investasi lainnya atau untuk melakukan perjanjian Investasi dan atau valuta asing. PT Bank Nationalnobu Tbk tidak bertanggung jawab dan tidak menjamin atas isi, keakuratan ataupun kelengkapan informasi maupun waktu atau menyatakan bahwa informasi ini dapat diandalkan dengan alasan apapun. Informasi atau rangkuman yang tercantum diperoleh dari sumber dibawah ini.
Sumber: CNBC, Bisnis Indonesia, Kontan, Bloomberg, Trading economics, Bank Indonesia
Belum punya nobu Go? Download sekarang!
Anda akan menerima informasi mengenai berita terbaru dan juga berbagai penawaran promo menarik Bank NOBU langsung melalui e-mail Anda.
SELESAI